TULISA

SELAMAT DATANG DI BLOG FEBBY RAHAYU SELAMAT DATANG DI BLOG FEBBY RAHAYU SELAMAT DATANG DI BLOG FEBBY RAHAYU SELAMAT DATANG DI BLOG FEBBY RAHAYU I LOVE YOU

Selasa, 29 November 2016

pilihan ganda

1. berikut ini yang merupakan ciri-ciri dari struktur sosial adalah....
    A. struktur sosial dapat dilihat secara horizontal
    B. struktur sosial mengacu pada status dan peranan
    C. struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat
    D. struktur sosial dapat dilihat secara vertikal
jawaban; B. struktur sosial mengacu pada status dan peranan

2.   Stratifikasi sosial adalah ….
a.   perpindahan status sosial
b.   pembedaan anggota masyarakat secara horizontal
c.   usaha-usaha yang dilakukan agar warga masyarakat mentaati norma yang berlaku
d.   pembedaan anggota masyarakat secara vertikal
e.   perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku
jawaban: (D)

2.   Salah satu dasar perbedaan stratifikasi sosiall adalah ….
a.   jenis kelamin                    d. kekayaan
b.   ras                                  e. suku bangsa
c.   umur
jawaban: (D)

3.   Contoh stratifikasi sosial yang sengaja dibentuk adalah .....
a.   tingkat pendidikan yang telah ditempuh
b.   penghasilan yang diperoleh
c.   jasa-jasa yang telah diperbuat dalam masyarakat
d.   kepemilikan harta
e.   struktur organisasi dalam pemerintahan
JAWABAN: (E)

4.   Stratifikasi sosial bersifat terbuka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, kecuali ….
a.   setiap anggota masyarakat tidak mempunyai kesempatan untuk berpindah ke lapisan yang lebih tinggi
b.   memberi rangsangan kepada anggota masyarakat untuk berusaha lebih giat agar dapat mencapai kehidupan yang lebih baik
c.   status sosial diperoleh dengan usaha
d.   bagi yang kurang beruntung ada kemungkinan turun ke lapisan yang lebih rendah
e.   individu mempunyai kesempatan mengadakan mobilitas vertikal
JAWABAN: (A)

5. Sebutkan pembagian ras menurut A.L. krober/
jJAWABAN: yaitu  ras mongoloid, ras nagroid, ras caucosoid dan ras-ras khusus.

Senin, 21 November 2016

PENGERTIAN KEKERASAN

Pengertian Kekerasan

  1. Kekerasan adalah suatu tindakan yang bersandar pada penggunaan ketegasan ekstra (Mukhtarluthfi,2008).
  2. Kekerasan adalah perilaku yang bertentangan dengan kelembutan dan sesuatu yang natural (Mukhtarluthfi,2008).
Bentuk kekerasan 
Penganiayaan Fisik  Yaitu cedera fisik sebagai akibat hukuman badan di luar batas, kekejaman atau pemberian racun.

Kelalaian. Kelalaian ini selain tidak sengaja, juga akibat dari ketidak tahuan atau kesulitan ekonomi. Bentuk kelalaian ini antara lain yaitu :
  1. Pemeliharaan yang kurang memadai, yang dapat mengakibatkan gagal tumbuh (failure to thrive), anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan.
  2. Pengawasan yang kurang, dapat menyebabkan anak mengalami resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa.
  3. Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan meliputi : kegagalan merawat anak dengan baik misalnya imunisasi, atau kelalaian dalam mencari pengobatan sehingga memperburuk penyakit anak.
  4. Kelalaian dalam pendidikan meliputi kegagalan dalam mendidik anak untuk mampu berinteraksi dengan lingkungannya, gagal menyekolahkannya atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.

Penganiayaan emosional 
Ditandai dengan kecaman kata-kata yang merendahkan anak, atau tidak mengakui sebagai anak. Keadaan ini sering kali berlanjut dengan melalaikan anak, mengisolasikan anak dari lingkungan atau hubungan sosialnya atau menyalahkan anak secara terus menerus.

Penganiayaan seksual 
Mengajak anak untuk melakukan aktivitas seksual yang melanggar norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, dimana anak tidak memahami/tidak bersedia.

Aktivitas seksual dapat berupa semua bentuk oral genital, genital, anal, atau sodomi. Penganiayaan seksual ini juga termasuk incest yaitu penganiayaan seksual oleh orang yang masih ada hubungan keluarga.


Sindrom Munchausen 
Sindrom ini merupakan permintaan pengobatan terhadap penyakit yang dibuat-buat dan pemberian keterangan palsu untuk menyokong tuntutan. Hal ini biasanya di lakukan orang tua karena ingin menutupi kejadian yang sebenarnya (Soetjiningsih, 1998:164).

Klasifikasi kekerasan menurut usia 
  1. Anak 0-5 tahun reaksi yang timbul adalah cemas terhadap perpisahan, perilaku agresif, kehilangan kemampuan yang baru dicapai, dan mimpi buruk dengan mengigau.
  2. Anak 6-12 tahun reaksi yang timbul adalah kesulitan belajar, yang diakibatkan oleh adanya kesulitan dalam berkonsentrasi dan kegelisahan, gangguan stress pasca trauma, adanya interaksi sosial yang buruk, dengan perilaku agresif yang menonjol, reaksi depresi, kesulitan dalam tidur, dan bertingkah laku seperti anak yang lebih kecil.
  3. Anak 13-18 tahun reaksi yang timbul adalah merusak diri sebagai cara mengatasi rasa marah dan depresi, melakukan berbagai perilaku beresiko tinggi seperti menggunakan zat-zat terlarang, melakukan tindakan anti sosial, menarik diri dari lingkungannya sampai pada isolasi diri, perubahan kepribadian, dan keluhankeluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan secara pemeriksaan fisik atau laboratorium ( Neni Utami , 2004).
Dampak Kekerasan  
Dampak fisik anak 
  1. Lecet hematom, luka bekas jahitan, luka bakar, patah tulang, pendarahan retina akibat dari adanya subdural hemtom, dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
  2. Sekuele/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan     syaraf,     gangguan     pendengaran, kerusakan mata, dan cacat lainnya.

Dampak tumbuh kembang anak 
  1. Pertumbuhan fisik anak kurang dari anak-anak sebayanya yang tidak mendapatkan perlakuan sama.
  2. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan yaitu kecerdasan, emosi, konsep diri, agresif, hubungan sosial yang buruk.

Dampak dari penganiayaan seksual
Tanda – tanda penganiayaan seksual antara lain adalah : 
  1. Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perineal, sekret vagina, nyeri dan pendarahan anus.
  2. Tanda gangguan emosi misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia atau perubahan tingkah laku.
  3. Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya.

Selasa, 15 November 2016

INTEGRASI

1. Macam-macam integrasi

     Proses integrasi tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan suatu proses yang panjangdalam waktu yang cukup lama, dan berikut ini macam-macam integrasi :
     a. Integrasi Kebudayaan.
         Integrasi kebudayaan adalah penyusaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
     b. Integrasi Sosial.
         Integrasi sosial merupakan penyusaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan  yang serasi bagi masyarakat tersebut.
     c. Integrasi Nasional         Integrasi nasional adalah proses penyusaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan dimasyarakat secara nasional sehingga menghasilkan suatupola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat tersebut.

2.   Faktor-Faktor Terbentuknya Integrasi.

     Integrasi nasional yang kuat, akan terbentuk dan berkembang diatas kesepakatan nasional tentang batas-batas suatu masyarakat politik dan sistim politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut. Kemudian suatu konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama suatu bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan  melalui suatu konsesnsus nasional mengenai sistem nilai yang akan mendasarihubungan-hubungan sosial diantara suatu masyarakat negara. Integrasi nasional dalam masyarakat akan bisa terwujud apabila ada faktor-faktor sebagai berikut :
  1. Adanya rasa toleransi, saling menghormati dan tenggang rasa.
  2. Terjadinya perkawinan campuran antara suku
  3. Makin pesatnya komunikasi dan transportasi antar daerah
  4. Meningkatnya solidaritas sosial yang dipengaruhi intensifnya kerja sama kelompok dalam  masyarakat  menghadapi kejadian bersama.
  5. Fungsi pemeintahan yang makin berjalan baik dan  bijaksana terutama yang menyentuh masyarakat bawah.
    Adapun faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut :
  1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib sepenanggungan.
  2. Keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928.
  3. Rasa cinta tanah air dikalangan bangsa Indonesia sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan dan mengisi kemerdekaan.
  4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan yang gugur demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
  5. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila
  6. Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara turun temurun.
    Adapun faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut :
  1. masyarakat Indonesia yang beraneka ragam dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
  2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan pulau yang dikelilingi oleh lautan luas.
  3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan  persatun  bangsa, baik yang berasal  dari dalam  maupun dari luar negri.
  4. Masih besarnya ketimpangan dan tidak meratanya pembangunan dan hasil-hasil pembangunan yang menimbulkan rasa tidak puas.
  5. Adanya paham etnosentrime diantara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
  6. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa, akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian  bangsa, baik melewati kontak lansung maupun tidak lansung.
     Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus memiliki rasa integrasi nasional yaitu suatu sikap kepedulianterhadap sesama serta memiliki rasa persatuan yang tinggi baik terhadap bangsa negara, agama serta keluarga. Untuk meningkatkan integritas nasional dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
  1. Membangun dan menghidupkan komitmen, kesadaran  dan kehendak untuk bersatu.
  2. Membangun kelembagaan di masyarakat yang berakarkan pada nilai dan norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa serta tidak memandang perrbedaan suku, agama, ras, keturunan, etnis dan perrbedaan-perbedaan lainnya, yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan.
  3. Meningkatkan integrasi bangsa, yaitu penyatuan berbagai macam kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam satu identitas nasional.
  4. Mengembangkan prilaku integratif di Indonesia dengan upaya bekerja sama dalam berorganisasi dan berprilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu tujuan organisasi.
  5. Meningkatkan integritasi nilai diantara masyarakat dan integrasi nilai Indonesia ada dalam Pancasila dan UUD 1945 sebagai sistim nilai bersama.

bentuk-bentuk mobilitas sosial

BENTUK-BENTUK MOBILITAS SOSIAL

Dilihat dari arah pergerakannya, terdapat dua bentuk
mobilitas sosial, yaitu:
1.      Mobilitas Vertikal
   Mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan yang berbeda. dalam mobilitas vertikal terjadi perpindahan status yang tidak sederajat, yaitu bergerak naik ataupun turun dari strata satu ke strata yang lain.
a.       Social Climbing
   Social climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang.
Social climbing memiliki dua bentuk, yaitu sebagai berikut.
a)     Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah kestatus sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia. Misalnya, seorang camat diangkat menjadi bupati.
b)   Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari lapisan sosial yang sudah ada.
Adapun penyebab social climbing adalah sebagai berikut.
1)    Melakukan peningkatan prestasi kerja. Misalnya, seorang karyawan memiliki reputasi yang baik dan selalu memiliki ide-ide cemerlang untuk memajukan perusahaan, maka ia akan dipromosikan untuk menduduki suatu jabatan.
2)     Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi.
b.      Social sinking
      Social sinkinng merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses social sinking seringkali menimbulkan gejolak psikis bgi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
Social sinking juga mempunyai dua bentuk sebagai berikut.
a)      Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah, misalnya seorang prajurit yang dipecat karena melakukan desersi.
b)  Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial atas, misalnya, seorang yang menjabat direktur bank, karena bank yang dipimpinnya bermasalah maka ia diturunkan menjadi staf direksi.
Penyebab sosial singking adalah sebagai berikut.
1)     Berhalangan tetap atau sementara. Misalnya, sakit atau cacat tubuh.
2)      Memasuki masa pensiun.
3)     Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau dipecat dari jabatannya.
2.      Mobilitas Horizantal
     Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Mobilitas sosial horizontal memiliki dua bentuk, yaitu mobilitas antarwilayah dan mobilitas antargenerasi.
1.      Mobilitas Antarwilayah
Mobilitas antarwilayah merupakan proses perpindahan status seseorang atau sekelompok orang dari satu wilayah ke wilayah lain. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur masyarakat yang disebabkan oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, maupun faktor sosial budaya.
2.      Mobilitas antargenerasi
Perpindahan status atau kedudukan yang terjadi dalam dua generasi atau lebih. Mobilitas antargenerasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intergenerasi dan mobilitas intragenerasi.
a)      Mobilitas intergenerasi
Mobilitas intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi diantara beberapa generasi. Mobilitas intergenerasi terdiri dari dua bentuk, yaitu mobilitas intergenerasi yang naik dan mobilitas intergenerasi yang turun.
b)      Mobilitas intragenerasi
                       Perpindahan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang
                       sama. Dalam mobilitas ini bisa juga terjadi gerak naik turun.

PROSES MOBILITAS SOSIAL

 MOBILITAS SOSIAL 


1.  Proses Terjadinya Mobilitas Sosial
     
     Secara etimologis, kata mobilitas sosial berasal dari bahasa Latin, yaitu
mobilis yang artinya mudah dipindahkan atau banyak bergerak. Mobilitas terjadi ketika seseorang berpindah dari suatu posisi ke posisi lain, baik antarlapisan sosial berbeda maupun dalam lapisan sosial yang sama.
      Terjadinya mobilitas sosial berkaitan dengan hal-hal yang dianggap berharga dalam masyarakat. Oleh karena itu, kepemilikan atas hal-hal tersebut akan menjadikan seseorang menempati posisi atau kedudukan yang lebih tinggi. Akibatnya, dalam masyarakat terdapat penggolongan yang memengaruhi struktur sosial. Hal-hal tersebut antara lain kekuasaan, kehormatanm ilmu pengetahuan, dan kekayaan.



2. Jenis – jenis mobilitas sosial

  1. Mobilitas sosial berdasarkan tipe

  1. Mobilitas sosial vertikal
Perpindahan individu atau objek dari suatu kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.

Dibedakan menjadi 2 :

1. mobilitas sosial naik ( social climbing mobility atau upward mobility )
Dua bentuk social climbing :
-         masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi
-         membentuk kelompok baru dan mendapatkan posisi yang lebih tinggi
            contoh : Pak Andi yang berkedudukan sebagai Office Boy (OB) diangakat
                           pangkatnya menjadi ketua HRD di kantor tempat Ia bekerja.

     2.mobilitas sosial turun ( social sinking mobility atau downward mobility )
     Dua bentuk social sinking :
-         trurunya kedudukan
-         turunnya derajat kelompok
     contoh :  Bu Rena yang berkedudukan sebagai Dirut (Direktur Utama) di
                    kantornya tetapi karena Ia depresi maka ia diturunkan menjadi
                    pegawai biasa di kantornya.






  1. Mobilitas sosial horizontal
Peralihan individu atau kelompok sosial dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Contoh : Pak Dedi seorang penjual mie ayam, suatu ketika Ia memutuskan untuk
               Berganti profesi menjadi seorang penjual soto. Pekerjaan Pak Dedi ber-
               ubah anamun status sosialnya tetap pada derajat yang sama.


  1. Mobilitas  sosial lateral
Mobilitas ini disebut pula mobilitas geografis.
Perpindahan orang-orang, baik secara perorangan maupun kelompok, dari satu unit wilayah ke wilayah lain dan secara tidak langsung mengubah status sosial seseorang.
Contoh : transmigrasi,urbanisasi dan migrasi.


  1. Mobilitas struktural
Menurut Bassis, mobilitas ini disebabkan oleh inovasi teknologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan, dan kejadian-kejadian lainnya yang mengubah struktur dan jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Contoh : berubahnya pekerjaan suatu masyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.





  1. Mobilitas sosial berdasarkan ruang lingkup

  1. mobilitas intragenerasi
 Mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang selama masa hidupnya. Mobilitas intragenerasi merupakan mobilitas vertikal dalam generasi itu sendiri. Dengan kata lain, mobilitas intragenerasi terjadi pada diri seseorang. Dalam tipe mobilitas intragenerasi terjadi pula mobilitas ke atas dan bawah. Oleh karena itu, mobilitas tipe ini dapat terjadi dalam dua bentuk sebagai berikut.
1). Mobilitas intragenerasi ke atas, misalnya pangkat naik dari golongan IVA ke golongan IVB.

2). Mobilitas intragenerasi ke bawah, misalnya pangkat seorang prajurit yang diturunkan karena ia melaukan tindakan indisiplinier.

  1. mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah perbedaan status yang dicapai seseorang dari status orang tuanya. Mobilitas antargenerasi merupakan mobilitas vertikal yang tidak hanya melibatkan dari individu, tetapi terjadi dalam dua generasi. Dalam tipe mobilitas antargenerasi, terjadi pula mobilitas yang naik dan turun sehingga mobilitas antargenerasi dapat terjadi dalam dua bentuk berikut.

1). Mobiitas antargenersi ke atas, misalnya seorang anak menjadi dokter, sementara ayahnya dahulu hanyalah petani miskin.

2). Mobilitas antargenerasi kebawah, misalnya seorang anak menjadi karyawan biasa, sementara ayahnya dahulu adalah seorang pengusaha yang memiliki banyak karyawan.





3 . Faktor-faktor mobilitas sosial

v     Faktor-faktor yang mendorong mobilitas sosial adalah :
a. status sosial
b. situasi politik
c. pembagian kerja
d. komunikasi yang bebas
e. perubahan kondisi sosial
f. pertumbuhan penduduk
g. tingkat fertilitas
h. ekspansi teritorial gerak populasi

v     Cara-cara yang dilakukan untuk melakukan mobilitas sosial, khususnya mobilitas sosial vertikal ke atas adalah :
a. perubahan standar hidup
b. perubahan tempat tinggal
c. perubahan tingkah laku
d. perkawinan
e. bergabung dengan organisasi teretntu

v     Faktor-faktor yang menhgambat mobilitas sosial adalah :
a. perbedaan ras dan kepercayaan
b. diskriminasi kelas
c. kemiskinan
d. pengaruh sosialisasi yang sangat kuat
e. perbedaan jenis kelamin

Rabu, 09 November 2016

KONFLIK SOSIAL

 K
A. pengertian konflik sosial
Konflik merupakan gejala sosial yang seringkali muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Nah, sekarang kita akan belajar mengenai bentuk-bentuk konflik yang diilhami dari pandangan para ahli sosiolog
Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.
1. Konflik pribadiyaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-masalah pribadi atau perbedaan pandangan antarpribadi dalam menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.
2. Konflik politikyaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politisi yang berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye.
3. Konflik rasialyaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.
4. Konflik antarkelas sosialyaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan di antara kelaskelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut kenaikan upah.
5. Konflik yang bersifat internasionalyaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya konflik antara negara Irak dan Amerika Serikat yang melibatkan beberapa negara besar.
Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau organisasi internasional,
Sedangkan Lewis A. Coser membedakan konflik atas bentuk dan tempat terjadinya konflik.
1. Konflik Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuknya, kita mengenal konflik realistis dan konflik nonrealistis.
a. Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutan-tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan-hubungan sosial. Misalnya beberapa orang karyawan melakukan aksi mogok kerja karena tidak sepakat dengan kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.

b. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang bertentangan, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Misalnya penggunaan jasa ilmu gaib atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam atas perlakuan yang membuat seseorang turun pangkat pada suatu perusahaan.
2. Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group dan konflik out-group.
a. Konflik in-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri. Misalnya pertentangan karena permasalahan di dalam masyarakat itu sendiri sampai menimbulkan pertentangan dan permusuhan antaranggota dalam masyarakat itu.
b. Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan suatu kelompok atau masyarakat lain. Misalnya konflik yang terjadi antara masyarakat desa A dengan masyarakat desa B.
Masih ada lagi ahli sosiologi yang memberikan klasifikasi mengenai bentuk-bentuk konflik yang terjadi dalam masyarakat, yaitu Ursula Lehr. Ursula Lehr membagi konflik dari sudut pandang psikologi sosial. Menurutnya, apabila dilihat dari sudut pandang psikologi sosial, maka konflik itu dapat dibedakan atas konflik dengan orang tua sendiri, konflik dengan anak-anak sendiri, konflik dengan sanak saudara, konflik dengan orang lain, konflik dengan suami atau istri, konflik di sekolah, konflik dalam pekerjaan, konflik dalam agama, dan konflik pribadi. Perhatikan bagan berikut ini.

1. Konflik dengan orang tua sendiri, terjadi akibat situasi hidup bersama antara anak dan orang tua, di mana antara perbuatan anak dengan keinginan orang tua terkadang tidak sejalan. Contohnya anak yang tidak mengikuti kehendak ibunya untuk masuk jurusan Ilmu Alam pada kelas XI ini, dan dia lebih memilih masuk jurusan Ilmu Sosial, karena bakat dan minatnya menunjukkan ke Ilmu Sosial.
2. Konflik dengan anak-anak sendiri, terjadi sebagai reaksi atas perilaku anak yang tidak sejalan dengan keinginan orangtuanya. Pada umumnya orang tua akan memberikan tanggapan secara berlebihan atas perlawanan yang dilakukan si anak. Misalnya dengan menghukum dan mengurangi hakhak si anak. Apabila anak memberikan reaksi negative terhadap tanggapan tersebut, maka terjadilah konflik antara orang tua dengan anak.
3. Konflik dengan sanak keluarga, dapat terjadi dalam seluruh perkembangan seseorang. Dalam konflik bentuk ini, seseorang akan mengalami konflik dalam rentang masa sesuai dengan usia dan tingkatan kehidupannya. Misalnya, di waktu kanak-kanak atau masa remaja, biasanya konflik terjadi dengan keluarga terdekat, seperti dengan orang tua atau saudara kandung. Begitu menginjak masa perkawinan dan keluarga, konflik akan meluas dan melibatkan keluarga dari istri atau suami.
4. Konflik dengan orang lain, muncul dalam hubungan social dengan lingkungan sekitarnya, seperti tetangga, teman kerja, teman sekolah atau yang lainnya.
5. Konflik dengan suami atau istri, umumnya timbul sebagai akibat adanya kesulitan yang dihadapi dalam perkawinan atau rumah tangga. Misalnya masalah keuangan, pembagian tugas mengatur rumah tangga, dan lain sebagainya.
6. Konflik di sekolah, umumnya terjadi akibat tidak dapat mengikuti pelajaran, tidak lulus sekolah, konflik yang terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara guru dengan murid, dan lain sebagainya.
7. Konflik dalam pekerjaan, timbul karena pekerjaan itu sendiri, seperti membosankan atau terlalu berat. Atau bisa juga karena terjadi konflik dengan teman sekerja, pimpinan, dan lain sebagainya.
8. Konflik dalam agama, umumnya berhubungan dengan perilaku-perilaku, hakikat, dan tujuan hidup menurut kaidah-kaidah agama. Misalnya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran agama seperti memfitnah, berdusta, mencuri, dan lain-lain.
9. Konflik pribadi, dapat muncul karena minat yang berlawanan, tidak ada keuletan, atau tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.